Mahasiswa Usut Urut Sewu di Sela Acara Penerimaan Mahasiswa Baru Unsoed

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menemui Aliansi Solidaritas Penolakan Tindak Kekerasan TNI Terhadap Petani Urut Sewu di halaman depan Auditorium Graha Widyatama Unsoed, Foto: Untung
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menemui Aliansi Solidaritas Penolakan Tindak Kekerasan TNI Terhadap Petani Urut Sewu di halaman depan Auditorium Graha Widyatama Unsoed, Foto: Untung

Oleh : Untung Kautsar

Mobil polisi dengan suara sirine yang nyaring terdengar melintas cepat di Jalan H.R. Bunyamin pada pukul 11.50, Minggu (23/8). Mobil itu mengawali rombongan mobil dengan pelat merah menuju Gedung Auditorium Graha Widyatama Unsoed. Dalam rombongan mobil tersebut terdapat mobil hitam mewah dengan pelat bertuliskan H 1. Tepat sekali, mobil tersebut membawa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Kuliah Umum

Sementara itu, acara penerimaan mahasiswa baru Universitas Jenderal Soedirman tahun 2015 pada hari yang sama di Gedung Auditorium Graha Widyatama berlangsung sejak pukul 07.00. Pukul 12.30, Ganjar Pranowo pun menjadi pembicara dalam kuliah umum pada acara tersebut.

Beliau menyampaikan materi  tentang peran pemuda atau mahasiswa terhadap Tanah Airnya. “Pak Ganjar menjelaskannya lebih ke peran kita sebagai pemuda itu seperti apa, terus juga setelah kita lulus itu kita bisa ngasih apa ke Indonesia?,” ungkap Vetra, mahasiswa baru Fakultas Ilmu Budaya.

Untuk mengakrabkan suasana, Bapak Gubernur pun menanyakan asal daerah dari para mahasiswa baru. Mulai dari daerah di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara hingga Papua pun beliau tanyakan. Sedikit candaan dari Pak Ganjar pun membuat suara gemuruh tawa mahasiswa menggema di dalam gedung.

Aksi Aliansi Solidaritas di luar gedung

Suasana berbeda terjadi di luar gedung tempat berlangsungnya acara. Pukul 13.00 terlihat sejumlah mahasiswa sudah berkumpul dengan membawa spanduk dan berorasi di depan gerbang Gedung Auditorium Graha Widyatama. Mereka tidak diperbolehkan masuk gedung oleh sejumlah polisi yang berjaga.

Mereka tergabung dalam Aliansi Solidaritas mengadakan aksi yang membawa issue sengketa tanah di Urut Sewu, Kebumen. “Banyak petani di Urut Sewu yang  menjadi korban kekerasan TNI, bahkan ibu-ibu hamil pun terkena pukulan TNI. Mereka hanya ingin meminta kembali hak tanah milik mereka. Sebab tanah itu merupakan sawah yang menjadi lahan kerja mereka,” jelas Ragil Chandra, salah satu mahasiswa yang tergabung dalam aliansi tersebut.

“Jokowi telah memasukkan unsur-unsur orde baru dalam pemerintahannya. Jangan biarkan petani disana (Urut Sewu-red) dibiarkan menjadi korban kekerasan aparat TNI,” anggap salah seorang mahasiswa dalam orasinya. “Petani bukan untuk ditindas namun harus dilindung karena mereka itu bagian dari rakyat Indonesia,” tambahnya.

Aliansi Solidaritas menuntut untuk bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah dan meminta agar beliau mengurus tuntas kasus sengketa tanah petani dengan aparat TNI di Urut Sewu. Aliansi Solidaritas pun menagih janji Gubernur pada saat kampanye silam. “Mana janji Bapak Gubernur yang dulu waktu kampanye janji dalam slogannya “Ora korupsi ora ngapusi” (tidak korupsi tidak berbohong)?,” tagih mereka.

Sebelumnya Ganjar Pranowo menjanjikan akan bertemu dengan Aliansi Solidaritas setelah beliau selesai mengisi kuliah umum. “Sebelumnya Pak Ganjar sudah berjanji akan menemui kami (Aliansi Solidaritas-red) pada pukul 13.00, namun sekarang sudah pukul 13.30 beliau belum juga keluar. Kami siap menunggu disini (depan gerbang –red) hingga beliau keluar dan menemui kami (Aliansi Solidaritas-red),” teriak salah satu mahasiswa dalam orasinya.

Bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah

Pukul 13.42, Bapak Gubernur pun keluar dari Gedung Auditorium Graha Widyatama dan langsung menemui Aliansi Solidaritas. Mereka dibolehkan masuk ke area Gedung Auditorium Graha Widytama sehingga Ganjar Pranowo bertemu dengan Aliansi Solidaritas di halaman depan gedung tersebut. Mahasiswa yang tergabung dalam aliansi tersebut langsung menanyakan beberapa hal kepada Bapak Gubernur.

Mereka menanyakan kelegalan surat tanah (di Urut Sewu) milik TNI yang dulunya tanah tersebut merupakan milik petani atau warga. “Masalah itu memang sudah di urus sejak saya masih menjadi DPR, tapi kalo kalian meminta data itu (surat tanah-red) bukan ke saya. Minta kepada jajaran yang bersangkutan yang bertugas dibawah saya,” jelas Ganjar.

Menurut penuturan Ragil Chandra, salah satu mahasiswa yang tergabung dalam aliansi tersebut, Badan Pertanahan Nasional (BPN) pun telah mengukur tanah tersebut sejak tahun 2007 namun tidak berhasil. “BPN pun sudah mengukur tanah itu (di Urut Sewu-red) dari tahun 2007 tapi belum kelar juga karena hak kepemilikan tanah tersebut dimiliki oleh dua pihak yaitu warga dan TNI,” jelas Ragil.

Tak berlangsung lama bertemu dengan Aliansi Solidartas, pada pukul 14.00 Bapak Gubernur harus bergegas pergi karena jadwal beliau yang begitu padat. Namun, dari pihak aliansi merasa kurang puas terhadap hasil pertemuan tadi. “Kami sih dari aliansi merasa kurang puas karena Pak Ganjar menganggap kami meminta data yang seharusnya ditanyakan kepada jajaran dibawahnya,” ungkap Ragil Chandra. “Untuk aksi susulan mungkin nanti akan kami bicarakan dulu,” pungkasnya.

Perizinan kepada Panitia S3

Kedatangan Aliansi Solidaritas di depan Gedung Auditorium Graha Widyatama tidak diketahui oleh panitia Soedirman Students Summit (S3). “Kalo izin ke panitia gak ada, tapi kalo ke Satpam atau ke kepolisian saya gak tau. Kalo ke panitia perizinan tertulis jelas gak ada,” ujar David H. Bangun selaku Ketua Panitia S3.

“Momentum banget ya bagi mahasiswa yang lain. Apalagi teman-teman dari ormas. Emang lagi ada masalah di Jawa Tengah, pemimpinnya ada disini. Sebagai mahasiswa yang kritis emang kita harus ingin menanyakan hal-hal yg seperti itu. Tapi so far, karena pas acara berlangsung gak terjadi masalah besar ya dan panitia juga gak ngurusin jadi saya juga gak tau,” ungkap David.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *