
Oleh: Ferry Aditya
Aliansi Soedirman Melawan kembali melakukan aksi demonstrasi untuk kedua kalinya pada Senin (29/04). Setelah aksi yang pertama, pada Minggu malam (28/04) terdapat konsolidasi untuk mengevaluasi apa saja yang harus diperbaiki dan dilakukan untuk kedepannya. Hasil dari konsolidasi salah satunya berupa tuntutan yang mulanya empat poin, yaitu ‘mencabut Peraturan Rektor No.6 tahun 2024 dan menerapkan kembali Peraturan Rektor No.15 tahun 2023; membatalkan kebijakan perihal nominal keringanan UKT 50% yang diturunkan, apabila mahasiswa akhir Unsoed mengajukan lebih dari satu kali; untuk lebih cepat dalam memasifkan penyebaran informasi perihal kebijakan kampus; dan memperpanjang waktu registrasi online bagi calon mahasiswa baru jalur SNBP 2024’, menjadi lima poin, dengan ditambah “Apabila tuntutan tidak dipenuhi, rektor Unsoed harus turun”.
Pada aksi yang kedua ini, Aliansi Soedirman Melawan membawa tajuk ”Unsoed Problematik: Turunkan UKT Unsoed atau Rektor yang Turun”. Menurut Fadhil Syahputra selaku koordinator lapangan 1, “Kalau aksi ini saya melihat sekitar 2000 sampai 2500 orang itu ada.” Massa aksi terdiri dari seluruh elemen mahasiswa yang tergabung dalam satu aliansi. Turut hadir juga para calon mahasiswa baru jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang ingin memperjuangkan hak-hak mereka.
Massa aksi diarahkan oleh koordinator lapangan untuk berkumpul dari pukul 12.00 WIB. Sama seperti aksi sebelumnya, massa merapat di depan gedung rektorat untuk menyampaikan orasi dan meminta dipertemukan dengan pimpinan rektorat. Selain menyampaikan orasi, massa aksi juga bernyanyi dan membacakan puisi yang dimulai pukul 12.41 WIB. Pada aksi kali ini, mahasiswa membawa banyak spanduk dan poster untuk ditempel di area demonstrasi, seperti di depan patung kuda, pohon, tembok, dan area gedung rektorat.
Situasi kian memanas setelah massa aksi tak kunjung mendapat respon dari pihak rektorat. Setelah mereka menuntut untuk bertemu rektor Akhmad Shodiq, ternyata ia didapati tidak berada di gedung rektorat. Situasi semakin buruk saat Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Norman Arie Prayogo, menemui massa aksi dan tidak mengeluarkan pernyataan apapun, lalu masuk kembali dan berhasil meninggalkan gedung rektorat. Massa aksi yang sudah geram, memecahkan pintu kaca dan memaksa untuk masuk ke dalam gedung. Kondisi massa aksi sempat terhenti setelah akun instagram @unsoedofficial_1963 mengunggah sebuah postingan yang berisi tanggapan terhadap aspirasi mahasiswa tentang UKT tahun 2024, namun bukan itu yang menjadi capaian dari aksi ini. “Kami menuntutnya adalah kembali seperti sedia kala (Peraturan rektor tahun 2023-red) dan itu belum ada statement ataupun hal-hal yang menyebutkan (oleh) rektorat,” ucap Balqis, salah satu anggota Aliansi Soedirman Melawan.
Sempat terjadi konflik antara massa aksi yang berusaha masuk dengan petugas keamanan yang berjaga. Beberapa mahasiswa juga terlihat mengalami sesak napas dan luka akibat kaca pecah. “Karena ini si sesak napas, panic attack, terus yaudah lah biasa karena terlalu banyak yang mengerubungi jadi itu,” ujar salah satu pihak medis.
Aparat kepolisian turut hadir untuk membantu menahan massa aksi yang berusaha memasuki gedung rektorat. Mereka hadir hanya sebatas menjalankan tugas, “Ngga ada sama sekali(panggilan), karena itu murni dari panggilannya kita sendiri. Kita memang dapat tugas dari atas untuk mengamankan sini karena kami itu memang netral ngga ada panggilan,” ujar salah satu aparat kepolisian. Di sisi lain, menurut Fadhil, aparat yang memasuki wilayah kampus merupakan suatu pelanggaran. “Sudah jelas ya kita ada aturan bahwa polisi tidak boleh memasuki lingkungan kampus. Ketika polisi masuk, jelas itu melanggar aturan,” ujarnya
Semangat Aliansi Soedirman Melawan semakin membara. Mereka berhasil memasuki gedung rektorat sampai ke lantai tiga pada pukul 15.13 WIB. Mahasiswa menyampaikan orasi dan memasang spanduk di dinding-dinding gedung rektorat. Di saat yang bersamaan, terlihat banyak massa aksi beristirahat untuk sekadar minum atau salat Ashar. Terasa seperti rumah sendiri, Aliansi Soedirman Melawan mengadakan pentas seni dan Nonton Bareng (nobar) piala AFC U-23 pada Senin malam (29/04). Walaupun telah berhasil menduduki gedung rektorat, Fadhil mengingatkan bahwa capaian terbesar pada aksi ini adalah menerima tuntutan dari para mahasiswa, “Tentu capaian utama kami yang pertama adalah tuntutan kami diterima, tidak ada yang lain. Tapi kembali lagi, bila tidak diterima (tuntutannya) rektor-nya harus turun.”
Reporter: Ferry Aditya, Zahra Nurfitri Laila, Miqda Al Auzai, Zahwa Sabila Rusydah, Lulu Asqiatun Soffa, Milly Rizkiyana Pratiwi, Fadhilah Aulia Zulfa, Tri Budi Wicaksono, Sri Hari Yuni Rianti, Putri Sabhrina
Editor: Zahra Nurfitri Laila