English Campus: Start with Dream

Glen memberi motivasi kepada peserta diskusi. (Sucipto)
Glen memberi motivasi kepada peserta diskusi. (Sucipto)

PURWOKERTO–Mengubah kebiasaan mahasiswa bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak terkecuali bagi dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Unsoed. Mimpi dosen di Prodi ini adalah untuk menjadikan mahasiswanya bangga dan tidak sungkan menggunakan bahasa Inggris di luar perkuliahan bersama rekan satu prodinya. Hingga kini, masih sedikit sekali mahasiswa bahasa dan sastra Inggris yang mempraktekkan bahasa Inggrisnya di luar perkuliahan di kampus.

Melihat hal tersebut, Humanity Department English Club (Hudec), sebuah UKM klub bahasa Inggris di Jurusan Ilmu Budaya, berinisiatif untuk membantu terwujudnya mimpi tersebut. Hudec mengadakan acara diskusi terbuka bertajuk “English Day”, Senin (17/6). Beberapa dosen serta mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris hadir untuk mendukung acara ini. Alhasil, ruang 4 Jurusan Ilmu Budaya, tempat diadakannya acara ini, penuh terisi oleh peserta diskusi.

Diskusi ini terdiri dari dua acara utama, diskusi mengenai  English Day dan deklarasi  English Day. Acara diskusi dipandu oleh Rizky Februansyah, S.S, MA, Kaprodi Bahasa dan Sastra Inggris. Diskusi ini diawali dengan ceramah motivasi dari Glen, orang Amerika yang sudah menetap di Baturraden, dan dilanjutkan oleh Muhammad Ahsanu, S.Pd, M.Sc, dosen Bahasa dan Sastra Inggris.

Nuansa berbahasa Inggris sangat terasa saat diskusi dimulai. Semua tuturan disampaikan menggunakan bahasa Inggris oleh pembicara. Glen sebagai pembicara pertama memberi motivasi kepada para peserta diskusi dengan bahasa Inggris dialek Amerika-nya. Ia mengatakan bahwa ketika menggunakan bahasa Inggris yang bukan bahasa pertama di Indonesia, si pembicara harus dapat mengontrol emosinya.

Orang Indonesia mungkin dapat berbahasa Inggris dengan lancar ketika berbicara sendiri atau di depan cermin, namun ketika berbicara di depan umum, semuanya berubah, baik pronunciation maupun kelancaran berbicaranya. “Master your emotion,” tutur Glen. Glen berpendapat bahwa ketika si pembicara dapat mengontrol dirinya dan emosinya sendiri ketika berbicara di muka umum, ia akan menjadi pembicara yang baik.

Setelah Glen, diskusi dilanjutkan oleh pembicara ke dua yaitu M. Ahsanu, S.Pd, M.Sc. Ia menjelaskan bahwa English Day adalah mimpinya beserta dosen di Prodi Bahasa dan Sastra Inggris. Dari English Day, ia berharap dapat berkembang menjadi English Campus, yaitu kampus yang sebagian besar kegiatannya menggunakan bahasa Inggris. Meski itu baru sebatas mimpi, namun ia yakin semua hal besar diawali dengan mimpi. “All start with dream,” katanya.

Sehabis diskusi, peserta yang hadir mendeklarasikan English Day. Deklarasi ini dipimpin oleh Ahsanu. Seluruh peserta yang hadir berdiri dan mengucapkan deklarasi bersama-sama. Inti dari deklarasi tersebut adalah setiap hari Senin tiap minggunya dijadikan sebagai English Day bagi mahasiswa bahasa dan sastra Inggris.

Dengan adanya acara ini, peserta dan panitia berharap agar English Day dapat terwujud. “Harapannya, mahasiswa (bahasa dan sastra Inggris-red) lebih sering menggunakan bahasa Inggris, jadi nantinya menjadi kebiasaan berbahasa Inggris,” ungkap Sanko Rinaldy, wakil ketua Hudec, mahasiswa Sastra Inggris 2011. Nur Faidah, Mahasiswa Sastra Inggris 2010 mengungkapkan bahwa ia akan berusaha untuk mewujudkan English Day. “Insyaallah, kita akan berusaha untuk mewujudkannya,” ungkapnya saat ditemui seusai acara.

Bagi Riska Rohmawati, mahasiswa sastra Inggris 2010, kegiatan yang melibatkan native speaker adalah acara yang ia tunggu-tunggu. Ia juga berharap dengan adanya acara ini, kualitas berbahasa mahasiswa bahasa dan sastra Inggris meningkat. “Ini acara yang saya tunggu-tunggu , semoga dengan adanya English Day  dapat meningkatkan kualitas SDM di Sastra Inggris,” tutur Icha. Sanko juga berharap agar deklarasi ini bukan sekedar mendengarkan motivasi dari bule semata. “Mudah-mudahan acara ini bukan sebatas ajang untuk mendengarkan native speaker berbicara saja, tapi juga untuk mewujudkan English Day itu sendiri, ungkap Sanko. (Sucipto)

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di lpmsketsa.com, dimuat ulang di BU (beritaunsoed.com) agar tetap bisa diakses pembaca. Portal berita lpmsketsa.com resmi beralih ke beritaunsoed.com.

redaksi

beritaunsoed.com adalah sebuah media independen yang dikelola oleh LPM Sketsa Unsoed dan merupakan satu-satunya Lembaga Pers Mahasiswa tingkat Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto.

Postingan Terkait

Wayang Bebek Banyumas: Pertunjukan Lokal Menghibur dan Mendidik

Oleh: Nurul Irmah Agustina Dalam Banyumas International Literacy Festival (BIL Fest), festival literasi dan seni terbesar di…

Maraknya Kasus Kehilangan di Unsoed, Sistem Keamanan Kampus Jadi Sorotan

Oleh: Manda Damayanti Selama satu tahun terakhir, sejumlah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melaporkan kehilangan barang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jangan Lewatkan

Wayang Bebek Banyumas: Pertunjukan Lokal Menghibur dan Mendidik

Wayang Bebek Banyumas: Pertunjukan Lokal Menghibur dan Mendidik

Pendosa Ialah Jemari dan Kaki

Pendosa Ialah Jemari dan Kaki

Termangu di Antara Takdir

Termangu di Antara Takdir

Pecahan Tempayan di Ujung Jalan

Pecahan Tempayan di Ujung Jalan

Maraknya Kasus Kehilangan di Unsoed, Sistem Keamanan Kampus Jadi Sorotan

Maraknya Kasus Kehilangan di Unsoed, Sistem Keamanan Kampus Jadi Sorotan

Menelusuri Prevalensi Perokok di Indonesia Melalui Data Statistik

Menelusuri Prevalensi Perokok di Indonesia Melalui Data Statistik