Oleh: Desi Fitriani
Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) pengguna Twitter atau sekarang disebut X, umumnya cukup mengenal akun autobase dengan nama pengguna @Unsoedfess1963 yang saat ini sudah memiliki lebih dari dua puluh sembilan ribu pengikut. Autobase X merupakan akun yang dijalankan untuk mengirim unggahan atau cuitan melalui akun tersebut, sehingga unggahan akan bersifat anonim.
Akun @Unsoedfess1963 terbentuk sejak April 2020. Founder dan Co-foundernya yaitu alumni mahasiswa Unsoed yang keduanya enggan disebutkan namanya itu menjelaskan bahwa mereka terpanggil untuk membuat akun ini karena melihat kampus lain yang sudah memiliki akun autobase kampus masing-masing. “Awalnya itu karena rasa aneh aja, kampus lain kok punya menfess, tapi kita enggak punya. Udah ada perasaan itu dari maba (mahasiswa baru-red) dan udah aktif Twitter dari maba. Akhirnya setelah menunggu dari 2018 sampai 2020, karena enggak ada yang buat ya buat sendiri,” ujar Sang Founder saat diwawancarai awak Sketsa secara daring, Sabtu (25/11).
Sebelum membuat akun ini, Founder dan Co-founder sempat mengadakan riset terlebih dahulu apakah banyak dari teman-teman mahasiswa yang menginginkan adanya akun autobase Unsoed di Twitter. “Akhirnya pada hari pertama itu tembus dua ribu followers,” ungkap Sang Founder tersebut. Ia juga menjelaskan sempat ada yang meniru untuk membuat akun base yang sama. Namun hal itu gagal karena tidak mendapatkan pengikut sebanyak yang didapatkannya.
Menurut Sang Founder adanya Unsoedfess atau Unsoed menfess ini disambut baik oleh mahasiswa Unsoed. Hingga saat ini, akun tersebut dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk saling bertanya dan memberikan informasi, baik terkait perkuliahan maupun hal umum di luar perkuliahan. Bisa dibilang Unsoed menfess saat ini digunakan sebagai wadah untuk menampung informasi serta komunikasi.
Founder menjelaskan, base dijalankan menggunakan bot yang dibayar setiap bulan. “Jadi, kita itu sistem bot-nya memang berbayar dari pertama kali Unsoedfess dibangun. Itu kan memang istilahnya ada pihak ketiga untuk meng-handle autobase-nya,” jelas Co-founder.
Pembayaran bot untuk menjalankan akun tersebut dibayarkan dari kantong pribadi Founder dan Co-founder Unsoedfess. Keduanya menjelaskan, hal tersebut bukan nominal yang perlu dipermasalahkan. Keuntungan yang diperoleh hanya didapatkan dari paid promote dan acara yang diselenggarakan misalnya blind date. “Sebenernya kalau misal kita ngomong soal keuntungan, dari paid promote gitu juga digunakan balik lagi untuk menutup operasional base, sih,” ungkap Co-founder.
Sudah tiga tahun lebih Unsoedfess berjalan dan digunakan oleh mahasiswa hingga sekarang memiliki jumlah pengikut yang banyak. Sempat timbul beberapa permasalahan akibat unggahan yang kontroversial, salah satunya yaitu tekanan dari beberapa pihak yang ingin mengetahui identitas pengirim unggahan. Menurut Sang Co-founder, ia tidak bisa memberikan identitas pengirim sembarangan, karena pada dasarnya pengirim mengirim menfess untuk mencari anonimitas. “Kami tidak bisa memberikan (identitas-red) si sender-nya, karena memang jika tidak melanggar peraturan, kami akan melindunginya,” tambah Sang Founder.
Rabu (15/11), terdapat salah satu unggahan mengenai diadakannya sayembara untuk volunteer admin Unsoedfess. Menurut Sang Founder, hal tersebut dilakukan karena ia dan Co-founder sebagai admin sudah memiliki kesibukan kerja, sehingga tidak bisa secara sepenuhnya mengawasi berjalannya Unsoedfess. “Ya tentunya, kami melakukan sayembara itu akan kami screening sendiri,” ujarnya.
“Semoga tetap berjalan sebagaimana biasanya, berbagi informasi dan bertukar informasi. Juga mungkin untuk saling menolong lah seperti itu dari saya pribadi. Karena tujuan saya membuat Unsoedfess itu memang untuk bertukar informasi, jadi yang punya informasi memberikan dan yang bertanya pun bisa submit menfess, seperti itu,” jelas Founder saat ditanya mengenai harapannya.
Selain itu, Co-founder juga menambahkan harapannya, “Semoga Unsoed Fess kedepannya bisa menjadi wadah untuk orang-orang Unsoed, ya, terutama. Untuk mengemukakan pendapat mereka tanpa harus takut dengan adanya persekusi dari masyarakat Unsoed sendiri.”
Reporter: Desi Fitriani & Chynthia Maharani Sulistyowati
Editor: Faiz Maulida