Oleh: Rizka Noviana Eka Mulyaningsih
Kurang memadainya fasilitas di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menjadi topik perbincangan yang selalu panas. Ditambah lagi dengan terlaksananya proyek revitalisasi patung kuda di depan komplek kantor pusat Unsoed yang akhir-akhir ini menimbulkan banyak tanggapan kontra. Beberapa menganggap kelayakan fasilitas kampus dirasa lebih penting ketimbang proyek revitalisasi patung kuda tersebut karena bersinggungan secara langsung terhadap kegiatan belajar dan mengajar mahasiswa sehari-hari.
Menilik kembali ke pernyataan Waluyo Handoko, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Hubungan Masyarakat pada berita unggahan Sketsa berjudul “Revitalisasi Patung Kuda Sebagai Wajah Unsoed, Sementara Fasilitas Masih Butut”. Handoko menyatakan bahwa revitalisasi patung kuda tidak kalah penting dari fasilitas setiap kampus karena kaitanya dengan wajah Unsoed. Ia juga menjelaskan bahwa pembenahan fasilitas di setiap fakultas itu tergantung usulan dan kesiapan dari fakultas itu sendiri.
Setiap fakultas memiliki anggaran rutin tiap tahun yang bisa diusulkan untuk menunjang pembelajaran mahasiswa di setiap fakultas Unsoed. Rose Dewi, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) pada saat diwawancarai awak Sketsa, Kamis (21/12), menjelaskan bahwa pengusulan dana fakultas tersebut memiliki tingkat prioritas yang dijadikan sebagai patokan. “Pertama harus yang utama dulu pendidikan akademik, terus pemeliharaan, lalu ke kapitalis,” jelas Rose.
“Kita harus menyiapkan Rencana Anggaran Belanja (RAB-red) terus rancangnya. Nah, dalam penyusunan RAB maupun rancang bangunnya itu kita di-review oleh para reviewer dari universitas,” sambungnya menjelaskan langkah kedua dalam pengusulan dana pada universitas. Selanjutnya, RAB tersebut akan dicek oleh pihak universitas. Jika disetujui, maka akan turun Surat Pelaksanaan Pekerjaan (SPK) sebagai tanda dimulainya proyek pembangunan yang diusulkan.
Dana dari universitas itu hanya bisa didapatkan oleh fakultas jika mekanisme di atas sudah dilalui dan disetujui. “Fakultas itu, dari uang yang diberikan, kan tergantung kreativitas, inovasi dari fakultas prioritasnya kemana,” ungkap Handoko menjelaskan. “Sekarang pertanyaannya berapa alokasi masing-masing fakultas? Saya kembalikan lagi, saya berikan kesempatan silahkan mengusulkan dari anggaran yang kita punya,” sambung Handoko.
FPIK sendiri sudah memiliki beberapa agenda pembenahan fasilitas dari hasil pengusulan yang sudah disetujui universitas. Salah satu yang sudah terlaksana adalah pengecatan gedung serta pembangunan gerbang. Proyek pembangunan gerbang itu dibagi menjadi dua tahap, tetapi baru tahap pertama yaitu tahap konstruksi yang telah dilaksanakan. Tahap selanjutnya berupa finishing akan dilanjutkan pada tahun 2024 mendatang.
Disamping itu, ada juga RAB yang tidak diterima oleh universitas karena dianggap tidak memenuhi kriteria prioritas urgensi “Kemarin ibu minta tangga pembuangan (tetapi-red) tidak disetujui, nanti bisa dilaksanakan di 2024. Sekarang yang lebih penting sekretariat mahasiswa, jadi ada prioritas kepentingan yang disetujui oleh staf PPK maupun dari perencanaan pusat,” jelas Rose mengenai usulan pembangunan yang tidak disetujui.
Berbeda dengan FPIK yang sedang memiliki rencana pembangunan untuk tahun depan, Budi Dharmawan selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Pertanian (Faperta) menyatakan bahwa di Faperta tidak memiliki rencana pembangunan dalam waktu dekat ini. Melainkan akan lebih fokus pada perawatan sarana dan prasarana sebagai upaya dalam menyikapi keluhan dari mahasiswa terkait kondisi fasilitas kampus seperti Air Conditioner (AC) kelas yang tidak bekerja dengan baik, serta adanya kendala Internet. “Kita tinggal maintenance, karena maintenance membutuhkan biaya, ya. Semakin besar fasilitas atau gedung kita, maka semakin besar maintenance-nya. Kita lebih mengoptimalkan apa yang kita punya sekarang,” ujar Budi.
Pada intinya semua pembenahan fasilitas kampus itu dapat terlaksana jika diusulkan oleh fakultas. “Kalau ada fakultas yang tidak mengusulkan berarti tidak butuh. Kan begitu? Itu yang terjadi tahun ini, mungkin karena pejabatnya masih baru semua baik dekan maupun wakil dekan. Dari perencanaan sudah diwanti-wanti dari awal tahun, untuk kegiatan perkuliahan, praktikum harus dianggarkan dari awal tahun,” ujar Handoko. Usulan pembenahan tersebut juga nantinya memerlukan seleksi prioritas dari universitas guna mengefektifkan pengeluaran anggaran yang tentunya memiliki batas sekaligus banyak kebutuhan lain. Karena untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif, tidak hanya fasilitas fisik seperti gedung, tempat diskusi, atau gerbang saja tetapi juga perlu memperhatikan terpenuhinya tenaga pengajar, serta suasana akademik yang nyaman dan kekeluargaan.
Reporter: Balqist Maghfira Xielfa, Rizka Noviana Eka Mulyaningsih, Sri Hari Yuni Rianti, Ferry Aditya, Zahwa Sabila Rusydah, Annisa Dwi Pratiwi, Hidayati Purnama, Ratih Anjar Putri, Putri Sabhrina
Editor: Desi Fitriani