Что может быть лучше, чем ощущение полета? Только ощущение полета с возможностью выиграть! Играйте в Aviator и оцените все преимущества на aviator игра.

Menilik Kembali Reformasi 24 Tahun Silam – BERITAUNSOED.COM

Online gaming has never been this exhilarating. Join the Africabet community and experience the best the casino world has to offer at https://africabet365net.com/.

The future of online casinos is here, and it's called crazy time online casino. Dive in and experience the next level of gambling.

https://beritaunsoed.com/wp-content/upload/

Menilik Kembali Reformasi 24 Tahun Silam

Dari redaksi
Infografik: Miftachul Janah

Reformasi merupakan suatu peristiwa besar dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Terjadinya reformasi 21 Mei 1998 menandakan bahwa Orde Baru dan kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun telah berakhir. Pada kenyataannya, perjalanan untuk mewujudkan reformasi membutuhkan perjuangan berat bagi rakyat Indonesia hingga merenggut korban jiwa. Gerakan Reformasi ini diprakarsai oleh para mahasiswa dan kaum intelektual.

Gerakan reformasi dilatarbelakangi oleh krisis multidimensi yang mencakup politik, sosial, hukum, ekonomi, serta menurunnya kepercayaan rakyat terhadap Presiden Soeharto. Tujuan dari reformasi itu sendiri yaitu untuk memperbarui tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Krisis politik pada era Orde Baru ini ditandai dengan tindakan penyelewengan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Tindakan penyelewengan ini berupa pemusatan kekuasaan di tangan presiden dan semua lembaga negara dikendalikan oleh presiden. Kekuasaan kehakiman juga mendapat campur tangan dari presiden. Oleh karena itu, tindakan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) merajalela.

Tak hanya terjadi di lingkup politik, lingkup sosial pada era Orde Baru juga sempat berada dalam kondisi krisis sosial. Salah satunya yaitu kasus rasial berupa tekanan bagi warga Tionghoa. Pada saat itu, kedudukan warga Tionghoa berada di bawah warga Pribumi. Hak-hak asasi warga Tionghoa dibatasi. Mereka dilarang untuk menggunakan bahasa Mandarin, merayakan hari raya Imlek, dan mengadakan pertunjukan Barongsai. Selain itu, jauh dari era reformasi yaitu di tahun 1968, Presidium Kabinet Amoera Jenderal Soeharto mengeluarkan keputusan tentang penggantian nama-nama Cina menjadi nama Pribumi. Penggantian nama ini diberi waktu hingga tanggal 31 Maret 1968.

Di era Orde Baru, terjadi juga penyelewengan terhadap nilai-nilai Pancasila. Krisis hukum ini terlihat dengan pancasila yang hanya digunakan sebagai alat untuk menguasai rakyat. Siapapun yang menentang kebijakan-kebijakan pemerintah dianggap telah menentang Pancasila. Penyelewengan terhadap nilai-nilai Pancasila ini membuat Presiden Soeharto dapat bertahan selama 32 tahun di kursi kekuasaan.

Sebelum tahun 1998, krisis ekonomi yang menjerat rakyat Indonesia adalah ketika nilai Rupiah menukik tajam pada perhitungan nilai tukar internasional. Sekitar 18 tempat perbelanjaan rusak dan ratusan perusahaan akhirnya gulung tikar dan memecat pegawainya. Selain itu, krisis ini menyebabkan bahan pokok melonjak drastis dengan cepat.

Selain peristiwa di atas, Gerakan Reformasi juga pisahkan dari tragedi Trisakti. Tragedi Trisakti ini bermula dari aksi demonstrasi besar-besaran di depan gedung DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) pada tanggal 12 Mei 1998. Saat itu, ribuan mahasiswa berjalan dari Universutas Trisakti menuju gedung DPR. Hal itu mendapat larangan tegas dari aparat.

Kronologi menjelang Gerakan Reformasi diawali dengan aksi para mahasiswa yang tak mau kembali ke kampus dan menetap di jalanan. Pada akhirnya, aparat masuk ke barisan para mahasiswa dan melontarkan gas air mata, memaksa mahasiswa agar kembali ke kampus masing-masing. Para mahasiswa pun banyak yang melarikan diri. Keadaan menjadi semakin kacau dengan adanya suara tembakan dari aparat untuk membubarkan aksi demonstrasi.

Kericuhan itu berujung menewaskan empat mahasiswa Trisakti yaitu Hafidin Roiyan, Hery Hartanto, Hendriawan, dan Elang Mulya Lesmana. Jumlah para demonstran yang semakin banyak mengakibatkan kerusuhan menjalar di mana-mana. Demonstrasi besar-besaran terjadi dan menuntut agar Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Tidak hanya desakan dari para demonstran, hasil rapat DPR dan Amerika Serikat pada waktu itu pun mendesak Presiden Soeharto agar turun takhta. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden selama 32 tahun. Kepemimpinan selanjutnya dilanjutkan oleh B. J Habibie.

*Diolah dari beberapa sumber

Related Posts

Tinggalkan Komentar Anda