Dariku Untuk Tuan

Oleh : Maryam Juwita*

Ilustrasi : Alil Saputra (diedit dari pikbest.com)

Tuan
Mataku menerawang pada masa lalu
Dikurung dalam ketakutan dan ketidaktahuan
Di luar sana, teriakan dan tangisan saling beradu
Diikuti kaca berseru dari siang hingga malam
Aku, seorang gadis kecil
Menangis di sudut ruangan, terpenjara sendirian


Pagi pun tak memberi ampun
Memaksa menonton konser paling buruk
Tangisan ibu menjadi nyanyian sepanjang acara
Pekikan si Gila menggantikan peran sang gitaris
Aduan tangan turut memarakkan konser pagi
Aku, seorang gadis kecil
Akhirnya menontonnya langsung, sudah tidak terbelenggu


Aku bertanya pada Tuan
Kapan pagi akan memberi ampun?
Hingga kapan konser berlangsung?

Tuan
Bertahun-tahun sudah berlalu
Konser lama masih bermain ria, semakin bebas
Aku, seorang gadis besar
Jemu mengulang tayangan itu
Sungguh aku ingin merobek bibir si Gila
Memenggal tangan besar dan bengis
Jikalau perlu, memutuskan pertalian darah


Tuan, kau selalu bertanya
Perihal rehat yang belum jua terbit
Perihal konser yang tak kunjung usai
Keriputmu melambangkan keluhan
Aku tahu, dan ingin mengakhirinya
Namun kendalinya bukan padaku, Tuan
Aku, seorang gadis besar
Hanyalah penonton yang dipaksa


Tuan
Izinkan aku memelukmu erat
Merasakan kegetiran yang tak kunjung reda
Biarlah si Gila menatapmu perat
Afeksi gadis besarmu tak pernah reda


Tahukah kau Tuan?
Senyum manismu menenangkan hati
Gurauanmu menyembuhkan luka
Amarahmu tidak akan menumbuhkan murka


Dan Tuan,
sampai kapan kau berteguh hati?
Sungguh sabarmu tidak bersekat

Tasikmalaya, 16 Maret 2022

*Mahasiswa Faperta Unsoed angkatan 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *