Negeri Karam

monumen negara karam. Ilustrasi: Sucipto
Monumen negara karam. Ilustrasi: Sucipto

Oleh: Bernadeta Valentina*

Masih terlalu gelap. Jarum jam memulai

Kisah terik, dedaunan kelam

Detak nafas. Memburu hidup

Jejak kecil rindu kampung halaman

Dengungan mesin, ombak dalam bau mur

Darah atau keringat tak tahu yang mana

Saat itu dihadapanku, sejauh dunia

Nahkoda tengik dan kapal karam

Wanita-wanita memanggul ikan. Saat itu,

Hanya ada satu negeri

Sebuah kisah, hilang

Lalu, tubuhku luka. Sebentar lagi hancur

Sebentar lagi

Masih bisa, aku berdetak. Di pinggiran

Losmen ramai. Dengan bekas air hujan

Semoga air dari negeri karam itu

Samar, deru kapal berkumandang

Kubayangkan, ukiran tulisan ibuku

Aku mencintaimu

Lalu aku pulang.

Masih terlalu gelap. Jarum jam memulai

Kisah menguburkan seorang anak.

*Mahasiswa Kelautan

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di lpmsketsa.com, dimuat ulang di BU (beritaunsoed.com) agar tetap bisa diakses pembaca. Portal berita lpmsketsa.com resmi beralih ke beritaunsoed.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *