GERAKAN MAHASISWA UNSOED BELUM USAI

Oleh: Mushanif Ramdany

Aksi mahasiswa Unsoed menolak uang pangkal (12/07/2018).

Krisis moneter dan rezim Orde Baru yang dinilai represif jadi biang munculnya peristiwa reformasi 20 tahun silam. Merespon kondisi tersebut, maka timbul gelombang demonstrasi yang memaksa rezim turun. Demonstrasi besar-besaran terjadi di Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Namun begitu, kota kecil seperti Purwokerto pun tak kalah bergejolak. Mahasiswa Unsoed turut menjadi motor gerakan mahasiswa di kota ini.

Jalan HR. Bunyamin pernah menjadi saksi bisu atas garangnya pergerakan mahasiswa Unsoed. Pada 7 Mei 1998, terjadi bentrokan antara mahasiswa dan aparat saat mahasiswa menggelar aksi di depan Kampus Unsoed, di depan patung Soedirman berkuda. Gas air mata disemprotkan ke kerumunan massa. Sepatu lars dan tongkat aparat menghujam badan demonstran. Setidaknya ada 70 mahasiswa pingsan dan 21 lainnya masuk rumah sakit.1

Pascareformasi, keran kebebasan berekspresi dan berpendapat mulai dibuka. Walaupun demikian, tidak lantas membuat sikap kritis mahasiswa Unsoed mengendur. Sikap kritis mahasiswa dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Aksi massa adalah salah satunya. Berikut ini rentetan beberapa aksi massa yang terjadi di Unsoed pascareformasi.

Aksi Tolak Pelecehan Seksual Dosen FISIP

Pernah terjadi kasus pelecehan seksual di Unsoed. Tersangka utamanya ialah pengajar berinisial SN, dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed. SN diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap enam mahasiswinya. Tak pelak, peristiwa ini memancing sorotan media nasional seperti Kompas. Pada 17 Juli 2006, Harian Kompas pernah menerbitkan laporan berjudul “Dosen Santun Terangkut Masalah Perempuan”.

Tidak lama setelah kasus tersebut mencuat ke publik, muncul aksi solidaritas diinisiasi oleh Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) FISIP. Mahasiswa menggelar sebuah arak-arakan, dimulai dari Kampus FISIP, lalu berlanjut ke FEB, FH, sampai menyambangi Gedung Rektorat (GR) Unsoed. Aksi tersebut sebagai bentuk kecaman keras terhadap perbuatan SN.

Dekanat FISIP meresponnya dengan bersedia mengadakan rapat dengar pendapat pada 27 Juli 2006, yang dihadiri oleh Tim Pembinaan Aparatur (BINAP), Forum Dosen Sosiologi, dan Dewan Presidium KBM FISIP. Keesokan harinya, Senat FISIP mengadakan rapat untuk mengusut kasus tersebut. Keputusannya, SN mesti mengundurkan diri sebagai dosen sekaligus PNS. Jika tidak, maka Senat akan meminta rektor untuk memberhentikannya secara tidak hormat. Pada akhirnya, SN bersedia untuk mengundurkan diri, sebelum pihak rektor memberhentikannya.2

Aksi Tolak BOPP

Selasa, 31 Maret 2009, puluhan mahasiswa yang terdiri dari BEM Unsoed dan aliansi BEM se-Unsoed menggelar aksi menolak komersialisasi pendidikan. Massa menggelar arak-arakan dengan mengambil rute Jalan Dr. Soeparno, Jalan Kampus, sampai ke muka GR sebagai titik akhir. Kenaikan nominal BOPP (Bantuan Operasional Pendidikan dan Pembangunan) yang telah diberlakukan dari tahun 2007 hingga 2009 menjadi pemicu aksi. Sayangnya, mediasi dengan pihak rektorat gagal terwujud.3

Bulan berikutnya, aksi dengan tuntutan yang sama berlanjut pada Rabu, 28 April 2009, yang digelar di depan patung Soedirman berkuda Unsoed. Massa terdiri dari organisasi mahasiswa seperti HMI, FMN, KAMMI, GMNI, PMKRI. Pada hari yang sama, Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh menghadiri pelantikan rektor terpilih Unsoed, Prof. Edy Yuwono.4

Save Soedirman: dari Menduduki Gedung Administrasi Pusat hingga Petasan Asap

Pada 12 Desember 2012, sekitar 1.500 mahasiswa yang tergabung dalam gerakan Save Soedirman menggelar aksi damai dengan menduduki Gedung Administrasi Pusat Unsoed selama 5 hari. Aksi tersebut merupakan bentuk perlawanan mahasiswa menolak nominal UKT.

Kemudian, pada 17 Desember 2012, Rektor Unsoed Edy Yuwono menandatangani perjanjian bermeterai tentang pelibatan mahasiswa dalam penyusunan UKT. Meski telah dibuat kesepakatan tertulis, ternyata rektorat secara sepihak menetapkan UKT pada 15 April 2013. Nominal UKT yang ditetapkan berkisar Rp2,4 juta hingga Rp15 juta.5

Save Soedirman merespon penetapan UKT secara sepihak tersebut dengan melakukan aksi turun ke jalan pada 28 April 2013. Sebuah aksi teatrikal dimulai dari pertigaan Jalan Kampus hingga ke TPU Grendeng. Rombongan aksi mengenakan pakaian serba hitam dan menggotong peti mati. Mayat buatan itu akhirnya dikubur sebagai simbol hati nurani rektorat.6

Hari berikutnya, 29 April 2013, mahasiswa melayangkan somasi kepada rektorat Unsoed. Lantaran somasi tidak kunjung ditanggapi pihak rektorat, belasan mahasiswa pun nekat menerobos GR Unsoed. Lantas, mereka pun menyalakan petasan asapyang biasa digunakan suporter boladi lantai tiga. Salah seorang mahasiswa berteriak, “Rektor pengkhianat!” ketika asap warna-warni memenuhi ruang. Kejadian petasan asap itu terjadi pada Kamis, 2 Mei 2013.7

Somasi Unsoed

Aksi ratusan mahasiwa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa (Somasi) Unsoed di depan GR Unsoed berakhir ricuh pada 17 Desember 2014. Mahasiswa menuntut agar rektor menemui mereka guna membahas permasalahan UKT 2014. Rektor tak kunjung hadir, maka mahasiswa berusaha masuk ke GR sampai terjadi aksi saling dorong dengan pihak satpam. Pintu kaca pecah dan terjadi pemukulan oleh satpam terhadap seorang mahasiswa yang berhasil merangsek masuk.8

Kemudian, rektorat mengadakan audiensi dengan mahasiswa pada 9 Januari 2015 di lantai satu GR. Namun, Rektor Unsoed Achmad Iqbal menolak menandatangani berkas tuntutan mahasiswa yang isinya terkait penghapusan level 6 dan 7 pada UKT 2014. Alasannya, Rektor perlu mempelajari dulu berkasnya, meskipun dari jauh hari Somasi telah menyerahkan berkas kepada rektorat.9

Aksi mahasiswa Unsoed menuntut pemecatan SN.

Soedirman Melawan: Aksi Tolak Kenaikan UKT dan Uang Pangkal 2016

Pada 16 Juni 2016, aliansi Soedirman Melawan (SM) menggelar aksi penolakan kenaikan UKT dan Uang Pangkal. Seribuan lebih mahasiswa dari berbagai elemen turut meramaikan aksi SM.

Puncaknya ketika massa berusaha memasuki GR Unsoed, sehingga aksi saling dorong pun tak terhindarkan. Akibatnya, pintu kaca pun pecah dan seorang mahasiswa terluka di kepala terkena pecahan kaca. Namun, sepanjang hari tersebut, rektor belum juga muncul, bahkan hingga mahasiswa menginap di GR.

Dialog antara Rektor Achmad Iqbal—beserta staf ahli hukum dan jajarannya—dengan tim riset aliansi SM sebagai perwakilan massa baru dilaksanakan keesokan harinya. Dialog berlangsung alot, hingga akhirnya Rektor mencabut Uang Pangkal dan menyamakan nominal UKT 2016 dengan UKT 2015.10

Soedirman Melawan Jilid II: Aksi Tolak Uang Pangkal 2018

Ketika Peraturan Rektor tentang Uang Pangkal mencuat kembali, aliansi SM mengambil sikap tegas untuk menolak. Pada 12 Juli 2018, ratusan mahasiswa berkumpul di GR dengan berorasi meminta Rektor Prof. Suwarto untuk hadir melakukan audiensi dengan massa. Namun, Rektor absen. Ia sedang bertugas di Semarang. Massa hanya ditemui oleh Wakil Rektor II dan Wakil Rektor III.

Aksi massa hanya bertahan sampai pukul 13.36, lalu membubarkan diri. Jumlah massa dalam aksi ini pun tak lebih dari dua ratus orang. Tuntutan aksi soal pencabutan Uang Pangkal belum terpenuhi. Kebijakan Uang Pangkal masih berlaku sampai sekarang.11

***

Gerakan mahasiswa tak melulu soal turun ke jalan. Fenomena masifnya penggunaan media sosial dimanfaatkan mahasiswa Unsoed sebagai media penyalur sikap kritis sekaligus menggalang lebih banyak simpatisan. Salah satunya dengan gerakan tagar seperti #SaveSoedirman, #SomasiUnsoed, #SoedirmanMelawan, hingga #SelamatkanSlamet yang memenuhi berbagai platform media sosial.

Catatan kaki:

1 “Kisah Drs Suhari MJ Memimpin ‘Sarang Mahasiswa Radikal’”, terbit di Koran Radar Banyumas pada Minggu, 6 Desember 1999.
2 Laporan Khusus, “Mereka Bilang Dosenku Cabul”, dalam Majalah Skëtsa Edisi 24 | Oktober 2006.
3 Laporan Utama, “BEM se-Unsoed Menggelar Aksi Menolak Pendidikan Mahal”, dalam Buletin InfoSkëtsa Edisi 6 | April 2009.
4 Lihat tulisan Asty, “Mendiknas Datang, Disambut Aksi Mahasiswa”, terbit di Beritaunsoed.com.
5 Baca “Pengasapan Gedung Rektorat Buntut Kebuntuan Pembahasan UKT” yang ditulis Gregorius Magnus Finesso di Kompas.com.
6 Lihat “Menanggapi SK UKT, #SaveSoedirman Aksi Teatrikal”, terbit di Beritaunsoed.com.
7 Lihat “Aksi Petasan Asap Unsoed Diancam Sanksi Akademik” yang terbit di Tempo.co. Artikel ini ditulis Aris Andrianto.
8 Baca “Audiensi Ricuh, Kaca Rektorat Pecah”, terbit di Beritaunsoed.com.
9 Baca Laporan Utama, “Mencari-cari Transparansi Perguruan Tinggi”, dalam Majalah Skëtsa Edisi 33 | Januari 2016.
10 Lihat Laporan Utama, “Catatan Kemenangan Mahasiswa”, dalam Buletin InfoSkëtsa Edisi 32 | Juli 2016.
11 Lihat Laporan Utama, “Setelah Uang Pangkal Berlaku”, dalam Buletin InfoSkëtsa Edisi 35 | Agustus 2018.

Editor: Emerald Magma Audha

Catatan Redaksi:
Tulisan ini dimuat ulang dari Majalah Sketsa Edisi 36︱Maret 2019  Pada Rubrik Artikel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *